Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi berpartisipasi secara virtual di salah satuPertemuan Tingkat Tinggi untuk Memperingati 75 Tahun Berdirinya PBB. Ia mengingatkan bahwa dunia sangat berekspektasi kepada PBB, sehingga PBB diharapkan memetakan jalan menuju masa depan dunia yang lebih baik serta efektivitas penanganan berbagai tantangan global. Tantangan kerja sama multilateral semakin besar belakangan dengan meningkatnya rivalitas dan kebijakan unilateralisme sejumlah negara.
“Hal tersebut tidak dapat dibiarkan, karena negara lemah akan semakin terpinggirkan. ‘Without multilateralism, the mighty takes all,” tegas Menlu Retno dalam salah satu rangkaian Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke 75, Senin (22/9/2020). Oleh karena itu, Retno menawarkan dua hal penting sebagai solusi kepada PBB. “PBB harus memberikan dampak nyata dan tidak terjebak pada retorika,” ujar Menlu menawarkan solusi pertama.
Menurutnya dalam jangka pendek, hal ini dapat tercermin dalam upaya menjamin dan memfasilitasi akses kebutuhan vaksin dan obat obatan yang terjangkau bagi semua. Sedangkan dalam jangka panjang, PBB harus berupaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi global dan penguatan sistem kesehatan global. “Kedua, PBB harus tetap relevan dan dapat mengantisipasi tantangan mendatang,” kata Menlu.
Retno berujar PBB harus terus memperbaiki diri agar tetap efisien, adaptif dan memiliki kemampuan deteksi dini. Pertemuan Tingkat Tinggi Tersebut juga telah mengesahkan Deklarasi “Peringatan 75 Tahun PBB” yang berisi komitmen langkah kongkrit global untuk ciptakan perdamaian dan Kerjasama internasional di berbagai bidang. Berbeda dengan peringatan pendirian PBB sebelumnya, perayaan tahun ini dilakukan secara sederhana dengan mengusung tema ‘The Future We Want, the United Nations We Need: Reaffirming Our Collective Commitment to Multilateralism’
Pada tanggal 23 September sekitar pukul 07.00 WIB, dijadwalkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan pidato secara virtual pada General Debate SMU PBB ke 75.