Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Netty Prasetiyani berpendapat kualitas komunikasi pemerintah di masa pandemi virus corona atau Covid 19 kepada masyarakat sangatlah buruk. Hal ini disampaikan Netty dalam webinar 'Komunikasi Politik Pada Masa Pandemi Covid 19', Sabtu (11/7/2020). Netty menilai, buruknya kualitas komunikasi pemerintah membuat masyarakat kehilangan kepercayaannya.
"Catatan kritis saya yaitu kualitas komunikasi pemerintah itu sangat buruk. Sehingga menghilangkan kepercayaan masyarakat, atau minimal mengurangi kepercayaan masyarakat," ujar Netty. Netty menilai tidak ada kekonsistenan yang dimunculkan dalam komunikasi politik pemerintah. Salah satunya terkait transparansi pemerintah kepada masyarakat.
"Pernyataan yang inkonsisten dan tidak transparan, seperti berapa sih APD yang dibuat, berapa sih APD yang didistribusikan, mana sih insentif untuk tenaga kesehatan," kata dia. Selain itu, contoh lain merujuk pada ucapan pejabat yang dinilai tidak sensitif. Netty mencontohkan pernyataan terkait 'si kaya dan si miskin' yang dilontarkan oleh juru bicara pemerintah terkait penanganan Covid 19 Achmad Yurianto.
Akibat pernyataannya yang dinilai menyakiti masyarakat, kata dia, kemudian dimunculkanlah dr. Reisa Broto Asmoro sebagai Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Covid 19. "Sehingga jurang persepsi yang dalam antara harapan publik dengan good governance ini luar biasa, termasuk pernyataan pejabat publik yang tadi saya katakan tidak sensitif, dan akhirnya ada praktek praktek mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ada moral hazard yang juga terjadi," ungkapnya. Menurut Netty, baik buruknya kualitas komunikasi tersebut sangat ditentukan oleh leadership.
Dia kemudian mengutip salah satu kalimat dari James Humes yakni 'the art of communication is the language of strong leadership'. "Dan akhirnya mudah mudahan kita semua sepakat bahwa salah satu yang menentukan baik buruknya komunikasi ini adalah leadership," tandasnya.